AsKep KLIEN DENGAN INKONTINENSIA URINE

Pengeluaran urine (air kencing) tanpa disadari dalam dunia kesehatan kita mengenalnya dengan istilah inkontinensia urine. Bila jumlah air kencing yang banyak tentunya ini akan bisa menimbulkan masalah tersendiri bagi para penderitanya. Bisa menimbulkan masalah kesehatan atau pun masalah sosial lainnya yang bisa di timbulkan dari hal ini.

Dalam masyarakat umum kita mengenalnya dengan istilah beser atau mengompol. Ada juga beberapa definisi pengertian inkontinensia urine ini yaitu Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga hal ini akan dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang.

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya inkontinensia urin ini.
Penyebab Inkontinensia Urine bisa dikarenakan oleh :

  1. Adanya kelemahan dari otot dasar panggul. Ini yang berkaitan dengan anatomi dan juga fungsi organ kemih. Kelemahan dari otot dasar panggul disebabkan oleh, diantaranya kehamilan yang berulang-ulang, kesalahan dalam mengedan. Hal tersebut bisa menyebabkan seseorang tidak dapat menahan air seni (urine).
  2. Produksi urine berlebihan karena berbagai sebab, misalnya gangguan metabolik, seperti DM, harus dipantau.
  3. Asupan cairan yang berlebihan yang bisa diatasi dengan mengurangi asupan cairan yang bersifat adekuat seperti kafein.
  4. Gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi urine meningkat atau adanya ganggguan kemampuan / keinginan untuk ke toilet. Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi, jika terjadi infeksi, maka tatalaksannya adalah terapi antibiotika. Apabila vaginitis atau uretritis atrifi penyebabnya, maka dilakukan terapi estrogen topical. Terapi prilaku harus dilakukan jika pasien baru menjalani prostatektomi. Dan bila terjadi impaksi feses, harus dihilangkan dengan makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan adekuat, atau jika perlu penggunan laksatif.
Patofisiologi Inkontinensia Urine.
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari penyakit infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya perubahan tekanan abdomen secara tiba-tiba. Inkontinensia bisa bersifat permanen misalnya pada spinal cord trauma atau bersifat temporer pada wanita hamil dengan struktur dasar panggul yang lemah dapat berakibat terjadinya inkontinensia urine. Meskipun inkontinensia urine dapat terjadi pada pasien dari berbagai usia, kehilangan kontrol urinari merupakan masalah bagi lanjut usia.

Asuhan Keperawatan Inkontinensia Urine

Asuhan Keperawatan Inkontinensia Urine.
a. Pengkajian.
Dalam pengkajian ditanyakan kapan inkontinensia urine mulai muncul dan hal-hal yang berhubungan dengan gejala inkontinensia :
  1. Berapa kali inkontinensia terjadi ?
  2. Apakah ada kemerahan, lecet, bengkak pada daerah perineal ?
  3. Apakah klien mengalami obesitas ?
  4. Apakah urine menetes diantara waktu BAK, jika ada berapa banyak ?
  5. Apakah inkontinensia terjadi pada saat-saat yang bisa diperkirakan seperti pada saat batuk, bersin tertawa dan mengangkat benda-benda berat ?
  6. Apakah klien menyadari atau merasakan keinginan akan BAK sebelum inkontinensia terjadi ?
  7. Berapa lama klien mempunyai kesulitan dalam BAK / inkontinensia
  8. urine ?
  9. Apakah klien merasakan kandung kemih terasa penuh ?
  10. Apakah klien mengalami nyeri saat berkemih ?
  11. Apakah masalah ini bertambah parah ?
  12. Bagaimana cara klien mengatasi inkontinensia ?
Pemeriksaan Fisik Yang Kita Lakukan.
1.Inspeksi.
  • Adanya kemerahan, iritasi / lecet dan bengkak pada daerah perineal.
  • Adanya benjolan atau tumor spinal cord
  • Adanya obesitas atau kurang gerak
2. Palpasi.
  • Adanya distensi kandung kemih atau nyeri tekan
  • Teraba benjolan tumor daerah spinal cord
3.Perkusi.
  • Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.
Diagnosa Keperawatan Inkontinesia Urine.
  1. Kecemasan.
  2. Gangguan bodi image.
  3. Defisit pengetahuan.
  4. Kelemahan ( kurang aktivitas ).
  5. Gangguan Harga Diri.
  6. Gangguan Integritas Kulit.
Rencana Tindakan Keperawatan.
  1. Menjaga kebersihan kulit, kulit tetap dalam keadaan kering, ganti sprei atau pakaian bila basah.
  2. Anjurkan klien untuk latihan bladder training
  3. Anjurkan pemasukkan cairan 2-2,5 liter / hari jika tidak ada kontra indikasi.
  4. Anjurkan klien untuk latihan perineal atau kegel’s exercise untuk membantu menguatkan kontrol muskuler ( jika di indikasikan )
  5. Latihan ini dapat dengan berbaring, duduk atau berdiri
  6. Kontraksikan otot perineal untuk menghentikan pengeluaran urine
  7. Kontraksi dipertahankan selama 5-10 detik dan kemudian mengendorkan atau lepaskan
  8. Ulangi sampai 10 kali, 3-4 x / hari
  9. Cek obat-obat yang diminum ( narkotik, sedative, diuretik, antihistamin dan anti hipertensi ), mungkin berkaitan dengan inkontinensia.
  10. Cek psikologis klien.


EmoticonEmoticon