Penyakit Gagal Ginjal Kronis -- Gagal ginjal adalah penyakit yang tentunya kita semuanya tidak menginginkannya. Karena bila menderita penyakit gagal ginjal apalagi bila divonis gagal ginjal kronis maka akan dilakukan cuci darah dalam setiap minggunya sampai 2-3 kali. Hemodialisa atau cuci darah ini bukan merupakan pengobatan dan penyembuhan dari penyakit gagal ginjal ini, akan tetapi untuk membuat fungsi ginjal berjalan lebih baik lagi.
Beberapa pengertian dari gagal ginjal kronik akan diterangkan di bab ini. Diantara pengertian penyakit gagal ginjal kronik adalah :
- Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
- Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)
Ada beberapa penyebab dari penyakit gagal ginjal kronik. Beberapa penyebab gagal ginjal kronik adalah :
- Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
- Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
- Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
- Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
- Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
- Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
- Nefropati toksik
- Nefropati obstruktif (batu saluran kemih). (Price & Wilson, 1994)
- Penurunan cadangan ginjal. Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi
- Insufisiensi ginjal. Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis
- Gagal ginjal yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
- Penyakit gagal ginjal stadium akhir. Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian ginjal.(Corwin, 1994)
- Pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan laboratorium darah dan juga laboratorium urine. Pada pemeriksaan laboratorium darah yang kita perksa antara lain : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin). Sedangkan pada pemeriksaan urine yang kita periksa antara lain yaitu : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
- Pemeriksaan EKG. Pemeriksaan EKG ini digunakan dalam rangka melihat gambaran mengenai hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
- Pemeriksaan USG. Pemeriksaan USG ini dilakukan untuk dapat menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate.
- Pemeriksaan Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang digunakan untuk menegakkan diagnosa gagal ginjal kronik ada beberapa macam. Macam pemeriksaannya yaitu : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
- Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
- Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
- Dialisis ( cuci darah )
- Transplantasi ginjal. (Reeves, Roux, Lockhart, 2001)
- Hiperkalemia
- Perikarditis
- Hipertensi.
- Anemia.
- Penyakit tulang. (Smeltzer & Bare, 2001)
EmoticonEmoticon